Entah ini apa

Kemarin hatiku senang
Sekarang hampa
Kemarin ada banyak orang
Sekarang sepi
Begitu dan selalu

Seandainya hatiku ini sebuah kereta
Maka kereta itu tidak beranjak kemanapun
Kereta itu sedang kebingungan
Maju atau mundur
Ke kiri atau ke kanan

Seandaninya hatiku ini adalah bejana
Maka bejana itu tidak akan pernah penuh
Terlalu banyak ketidakjelasan
Selalu merasa kurang
Tak mengerti apa yang dibutuhkan
Apa yang tidak diinginkan

Ada yang menyebutnya kegundahan
Ada yang mengatakan kebimbangan
Tapi bukan itu
Aku hanya tak tahu harus menamainya apa

Tapi perasaan itu ada
Samar.... sangat samar....
Aku hanya tak tahu harus menamainya apa

Mom, I LOVE U really really deep inside my heart

Alkisah ada seorang anak laki-laki yang hidup di sebuah kota yang tidak begitu maju. Dikatakan gak maju karena ga ada pabrik disitu, kecuali pabrik gula dan pabrik rokok. Si anak memiliki orang tua yang hidup sangat akrab dengan kerasnya dunia, sehingga dia pun ikut merasakan apa yang dirasakan orang tuanya.

Sang ayah adalah keturunan ke delapan dari keluarga kaya 7 turunan. Jadi bapak si ayah ini memiliki 5 orang istri (1 nya cerai), sehingga hartanya --sudah pasti-- habis dibagikan kepada sekian banyak anak2 dari sekian istri2nya. But, thanks God, para istri ini hidup berdampingan dengan tidak saling bermusuhan SEDIKITPUN. Dan anak2 dari istri2 tersebut juga hidup dengan sangat rukunnya. Believe me, ini bukan dongeng, tapi sebuah kenyataan, NYATA!!! Bahkan setelah salah satu dari istri2 tersebut meninggal (yang notabene adalah nenek sang anak), sang anak masi memiliki nenek2 yang mencintainya dan ia cintai.

Sang ibu adalah putri dari seorang laki2 yang pernah menjadi salah satu dari deretan laki2 kaya di desanya. Ya karena si laki2 ini pernah hidup sebagai orang 'jantan' menurut kebanyakan orang, habislah hartanya dan tidak ada yang terwariskan kepada putrinya maupun putranya.

Suami-istri ini harus hidup bersusah-susah, bekerja keras dalam mengarungi kehidupan berumahtangga, membangun citra keluarga, mendidik anak. Intinya adalah mereka hidup susah, dan semuanya mereka dapatkan dengan bekerja keras, bukan dari warisan ataupun pemberian orangtuanya.

Inilah yang menjadikan si anak mendapatkan pendidikan yang SANGAT keras dari orang tuanya, terutama ibunya. Yang membuatnya lebih dekat dengan sang ayah. Karena menurutnya hanya ayahnya lah yang menyayanginya, menggendongnya, memanjakannya, mendengarkan keluh kesahnya, memberinya uang jajan, mengajarinya arti2 kehidupan. Sementara ibunya tak yang jahat tak segan2 memukulnya, ya MEMUKULNYA dengan pukulan yang benar2 sakit. Dalam hati ia katakan bahwa ibunya memang orang yang jahat, orang yang belum siap menjadi seorang ibu, ibu yang egois, ibu yang mungkin bukan ibu kandungnya. Selama masa kecilnya, fikiran2 itu selalu ia ulang2 layaknya stereotape dalam otaknya.

Kemudian, ketika si anak menginjak usia SMA, ada sebuah perubahan sikap yang drastis dari ibunya kepadanya, ya DRASTIS !!! (dan anda tidak salah mengartikan kata drastis). Ibunya tiba2 sangat sayang padanya, semua keperluannya dipenuhi ~tanpa diminta sekalipun~, dia tidak dilarang-larang lagi main atau keluar rumah lama2, tidak lagi disuruh ini itu. Saat itu si anak berfikir, "Ibuku telah sadar", menurutnya si ibu telah merenung dan menyadari bahwa sikapnya selama ini salah kepada anaknya dan ingin mulai memperbaiki hubungan dengan anaknya.

Si anak kemudian menikmati keadaan itu selama masa2 SMA nya. Begitu si anak beranjak ke usia kuliah, si anak baru menyadari bahwa anggapannya selama ini salah. Kini bukan ibunya yang sadar, tapi dirinya yang sadar bahwa si ibu tidak pernah merenung, si ibu tidak pernah berubah sikap karena menyesali apa yang telah ia lakukan, tapi dialah yang selama ini tidak menyadari bahwa itulah cara ibunya mencintainya.

Si ibu dan ayah telah menjadi aktor dan aktris yang ulung. Yang mampu memainkan peranannya dengan sangat sempurna. Sang ayah telah menjadi protagonis yang mengajarinya arti sebuah cinta, persahabatan, makna2 kehidupan, kehalusan. Sedang sang ibu ~mungkin dengan sangat berat hati~ menjadi antagonis yang mengajari sang anak makna kerasnya hidup, makna sulitnya mendapatkan sesuatu, bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan, karena belum tentu yang kita inginkan adalah yang kita butuhkan. Subhanalloh, saat itu sang anak ingin menangis setiap saat mengingat masa kecilnya dan bagaimana orang tuanya mendidiknya, bagaimana orang tuanya mencintainya dengan caranya.

Sungguh masa kecil yang indah, bukan karena permainan-permainan yang ia nikmati, bukan pula dengan teman2 masa kecil yang menyenangkan, tapi karena sebuah ingatan yang ingin selalu ia ingat sebagai pelajaran. Tiba2 dia sadar seperti sadarnya orang dari pingsan, yang tahu2 ada disebuah tempat yang aneh. Tempat dimana dia mendapatkan kedewasaan, pendidikan yang layak, tempat yang dia tuju dengan sangat mudah padahal teman2nya mendapatkannya dengan sangat susah. Ya... dia bisa mengecam pendidikan dari SD hingga kuliah dengan beasiswa. Tak hentinya dia berterimakasih pada ibunya karena apa yang telah dia ajarkan.

Mom, I LOVE U really really deep inside my heart. There is no word to describe how much I love U. Dad, I admire you deep inside my heart, anda telah menjadi teladan yang baik selama ini.

PS : Sang anak sekarang sedang sangat seringnya mendapat sms dari bapak dan ibunya ~horee ibunya bisa sms-an hehe~ mengenai banyak hal, bahkan yang 'tidak penting' sekalipun. Dan semuanya adalah sebuah sms yang sangat penting baginya, tanda bahwa ibunya ingin berbagi isi hati dengannya.

J · U · S · T · I · F · I · K · A · S · I

Setelah sekian lama bertapa di puncak gunung tertinggi dan menyelam di laut terdalam serta menyeberang laut terluas, ane jadi (sok) paham kalo ternyata manusia itu bertindak dikendalikan oleh persepsinya. Sebagaimana sebuah mesin ato hardware yang digerakkan oleh program atau softwarenya. Cabe itu kan pedas, dengan memahami kalo cabe itu pedas, orang gak akan serta merta makan cabe tanpa pengolahan khusus. Itulah contoh persepsi serta reaksinya terhadap persepsi tersebut.

Nah didunia ini ada sebuah fakta dan kebenaran yang nggak selalu sama dengan apa yang kita fikirkan. Sebuah fakta atau kebenaran ada begitu adanya, dan persepsi juga selalu ada tanpa diminta. Permasalahan muncul ketika persepsi dan fakta ini tidak bisa dipertemukan.

Beberapa orang mengubah persepsi terhadap informasi yang diperolehnya, menjadikannya asumsi dan meyakininya sebagai sebuah fakta/kebenaran Dari sini lahirlah sebuah justifikasi atau pembenaran terhadap informasi yang ia anggap sebagai sebuah kebenaran meski belum tentu informasi itu benar.

Dari sebuah justifikasi, tak jarang kita mendiskreditkan pihak lain. 911, bom kereta bawah tanah inggris, bom bali dsb adalah beberapa kejadian yang dengan gegabahnya disimpulkan sebagai sebuah terorisme oleh orang Islam. Ini contoh sebuah asumsi yang diyakini tanpa cek dan ricek, hanya karena sebelumnya santer berita mengenai terorisme di timur tengah. Dari situ, yang jadi jelek adalah orang Islam keseluruhan. Gileeeee, padahal ane kenal amrozi juga enggak, nek pesawat juga ga bisa, ngrakit bom apalagi, nyoder aja masi glagepan, kok dikait2in terorisme cmn karena saya muslim.

Orang cenderung enggan untuk mencari informasi dan memastikan informasi yang dia dengar adalah valid dan valid. So, ga heran orang lebih menikmati gosip daripada berita. Karena yang mereka butuhkan bukanlah kebenaran, tapi informasi yang bisa mereka telan mentah tanpa mau tau benar atau tidak.

Yasutralah, orang2 kolot juga nantinya mati2 sendiri. Mau kolot mau open-minded mati mati juga hehe. Dunia butuh orang2 yang smart yang mampu berfikir dan menelaah. Bukan orang yang membeo dan ngekor. Bukan pula orang yang seenaknya menjustifikasi orang lain padahal baru sekilas melihatnya.

[Pindahan] Quotes : Mark Twain — Life –

Don’t go around saying the world owes you a living. The world owes you nothing. It was here first.Mark Twain

Sadar atau tidak sadar, diakui atau tidak diakui, kita sering menyalahkan hidup. Kita seringkali menggerutu mengenai ini, mengenai itu karena apa yang kita dapatkan tidak pernah sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ungkapan Mark Twain diatas cukup menjelaskan bahwa dunia tidak berhutang apa-apa pada kita, sementara kita selalu menuntut kehidupan layak padanya.

Pada halaman pertama bab pertama Alex Pattakos dalam bukunya Lepas dari penjara pikiran mengutip,
“Pada akhirnya, manusia tidak seharusnya bertanya tentang arti hidupnya, sebaliknya ia harus lebih menyadari bahwa dirinyalah yang ditanya. Pendeknya, setiap manusia ditanyai oleh kehidupan; dan ia hanya bisa menjawab kehidupan dengan mempertanggungjawabkan hidupnya sendiri; kepada kehidupan ia hanya bisa merspons dengan bertanggung jawab”1

So, buat apa menyalahkan apa yang sudah lalu. Bukankah apa yang kita hadapi sekarang lebih nyata dari apa yang kita keluhkan. Toh, dengan mengeluh kita tidak mendapatkan apapun, justru energi negatif dan prasangka buruk lah yang selalu kita siramkan ke nadi-nadi dan saluran napas kita. Energi tersebut akan mengotori setiap aliran darah kita, membuat otak kita tidak mampu berfikir sempurna, membuat napas kita tersengal-sengal, membuat tatapan mata kita tidak lagi ramah, kata-kata kita kasar dan bengal. Apa yang kita masukkan ke dalam diri kita, itu pula yang akan dikeluarkan oleh diri kita ke lingkungan kita.

Let’s get better life by doing better, facing problem open-minded. Semoga kita menjadi orang yang lebih baik. Innalloha ma’ana. Amin.

Catatan Kaki :
1] Viktor E. Frankl, Man’s Search for Meaning: An Introduction to Logotheraphy (Boston: Beacon Press, Edisi 4, 1992), hlm. 113-114.

Sahabat, ada atau tidak?

Kemaren ane masuk room H2H di kaskus, ada pertanyaan seperti ini, "Agan2 percaya ga sama adanya sahabat?" Pertanyaan itu muncul gara2 doi merasa tidak jadi yang utama dalam kehidupan sahabatnya, sementara doi selalu mengutamakan kepentingan sahabatnya tersebut.

Dalam hati, ane jadi bertanya-tanya apa sih arti sahabat itu? Iseng ane buka en.wikipedia.org/wiki/friendship Disitu ada penjelasan arti persahabatan adalah
relationship which involves mutual knowledge, esteem, affection, and respect along with a degree of rendering service to friends in times of need or crisis wikipedia.org

Hmm... jadi sahabat itu harus saling memahami, menghargai, mencintai dan respect serta ada saat kita sedang dalam kesulitan.

Sebuah penjelasan yang sungguh2 klise menurut ane. Seperti halnya jawaban2 yang teoritis atas pertanyaan2 mengenai permasalahan2 faktual dalam dunia pemrograman, Not Applicable! Mungkin definisi yang seperti ini yang menjadikan si doi menuntut lebih dari sahabatnya, minta diprioritaskan, minta dicintai dsb.

Jangan dibilang ane tidak menghargai persahabatan, karena ane sangat meninggikan persahabtan, ane punya banyak sahabat dan mencintai mereka. Mereka yang suka mentertawakan ane kalo ane dalam masalah, mereka yang suka ngolok2 ane sampe muka ane memerah, mereka yang lupa bayar utang ke ane, mereka yang suka lupa kalo punya janji. Justru hal2 seperti itu yang menjadikan saya makin mencintai mereka sebagai sahabat apa adanya.

Coba kita lihat orang2 bijak mengartikan persahabatan itu :
A true friend never gets in your way unless you happen to be going down.
Arnold H. Glasow
Friendship is a single soul dwelling in two bodies.
Aristotle
Friendship is one mind in two bodies.
Mencius
Dan ini definisi favorit ane :
I don't need a friend who changes when I change and who nods when I nod; my shadow does that much better.
Plutarch
Friendship is unnecessary, like philosophy, like art... It has no survival value; rather it is one of those things that give value to survival.
C. S. Lewis
Ane sadar, bahwa sahabat juga memiliki kehidupan, memiliki dunia yang harus mereka jaga, memiliki keluarga yang harus mereka bina, memiliki kesulitan2 yang harus mereka selesaikan sendiri tanpa mereka menceritakannya pada kita. Sebagai sahabat justru kita harus banyak lebih tau tentang masalah2 sahabat kita, bukan sebaliknya mengharap sahabat kita selalu ada saat kita dalam kesulitan.

Sebagaimana orang2 sulit menjelaskan arti CINTA, maka arti PERSAHABATAN pun sebenarnya tak kalah rumitnya. Yang pasti menurut ane, adanya sahabat membuat kita merasa tidak sendiri di dunia ini. That's more than enough!!!

A single rose can be my garden... a single friend, my world.
Leo Buscaglia