Kalau sampai waktuku ...

Aku

(Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku ...

Hmm, sekian lama saya kenal puisi ini. Sekian lama pula saya merasa telah memahami betul (dengan caraku sendiri) maknanya. Tapi baru sekarang saya hanya mampu membacanya hanya sampai baris pertama.

Kalau sampai waktuku ...

Setiap pangkal ada ujungnya. Setiap pemberangkatan ada pemberhentiannya. Saya tahu, saya sadar betul akan hal itu.

Saya hanyalah seorang penumpang bis yang mabuk kendaraan. Kemudian mencari cara aman dengan tidur untuk mengurangi rasa mual dan pening karena tidak tahan dengan bau dan suasana bus kota. Kemudian tiba-tiba saya terbangun dan sampai di tujuan.

Hilanglah kesempatan saya untuk berbincang ringan dengan seorang pria paruh baya yang mungkin akan bercerita tentang anaknya yang pandai. Tertutuplah pintu rizki seorang penjual Tolak Angin yang mungkin saja dia peroleh dengan perantara tangan saya. Gagal-lah saya melihat pemandangan sawah-sawah yang menguning yang mungkin saya jumpai sepanjang perjalanan antar kota.

Kemudian begitu sampai rumah, emakku bertanya, "Ada apa saja le tadi di perjalanan?". Hmm, apa yang harus kuceritakan? Apakah saya bisa berbohong pada Ibu yang paling kucintai? Ataukah saya harus mengulang lagi perjalan itu? Tapi saya sudah sampai di tujuan.

Kalau sampai waktuku ...

Setiap orang hidup sambil menunggu. Lalu bagaimana cara masing-masing orang menunggu sangat menentukan hasil penantiannya. Apakah menunggu dengan tertidur dan bebas dari rasa sakit, ataukah menunggu dengan terjaga sambil merasakan pening dan mual yang begitu menyiksa.

Kalau sampai waktuku ...

Tidak ada yang begitu menyiksa bila kita mampu menyiasatinya. Mereka bilang, dengan membayangkan tujuan perjalanan, kita akan lupa dengan mual dan pening itu. Hangatnya sambutan Emak, mengobrol santai dengan Bapak tercinta, bercanda dengan adik yang masih berusia balita, bertemu Bu Dhe yang suaranya bisa menghidupkan orang mati dan mematikan orang hidup, Embah yang tidak pernah mau memindah channel TV saat nonton sinetron, adik laki-laki yang sudah beranjak remaja, adik perempuan yang sedang manja-manjanya. Semua keindahan visi itu bisa benar-benar menghilangkan segala pedih, penat, pusing, suntuk serta segala ketidaknyamanan perjalanan.

Kalau sampai waktuku ...

Lalu bagaimana kalau waktuku tiba sebelum aku bisa mengulang perjalanan itu?

Sobat, jangan sia-siakan perjalanmu yang cuma sekali ini. Alloh menanti cerita-cerita indah perjalanan hidupmu. Alloh juga akan bertanya apakah kamu ingat Dia saat dalam perjalanan, apakah kamu merindukan Dia, apakah kamu ingin bertemu dengan Rasul-Nya.

Kalau sampai waktuku ...

Bersiaplah!

Kepala kepala anda, nyawa nyawa anda

Senin kemaren sy pulang kerja gak begitu malem. Tumbenan, biasanya pulang malem2. Nah... saya gak akan bahas kerja, bahas pulang malem apalagi mbahas kue tumben...

Laper... haus... begitu nyampe di asrama, sy langsung ajak Mbah ke Giras. Sekalian menuhin kekangenan Mbah sama Imron/Jamil/Ghofar hehe. Keluar dari pintu asrama kemudian belok kanan lalu kiri mengikuti arus, sy memasuki jalan milik IZZ. Konon "katanya" jalan raya ini adalah jalan pribadi IZZ, so polisi ga bisa nilang kita di kawasan ini.

Sy putar balik, dan lurus tancap gas... sampe kita di bunderan IZZ bagian timur. Disitu ada 1 pos polisi. Biasanya ada satu mobil/motor polisi dan satu dua orang polisi di dalam. Kebiasaan para mahasiswa seliweran di depan pos itu ga pakek helm, karena dalam otak cerdas para mahasiswa itu ada maklumat dari si "katanya" tadi bahwa disitu ga perlu pake helm gapapa.

Nah.. pas sy sama mbah sampe deket pos tadi, eh... ada 5 polisi menghadang kita dengan formasi kura2nya. Sial pikir saya, bakal kehilangan satu tanda tangan berharga sy kali ini (maap hehe ngigau bisa juga terjadi saat ngetik). Di-stop-lah kita.....

And here conversation begin :
S : Saya, M : Mbah, P : Polisi, IZZ : Kampus saya

P : Ehm ehm maaf Mas, rambunya ga keliatan?
S : Kan... ga ada yang liat Pak hehe

-------------------- bukan yang tadi... itu iklan --------------------

P : "Mas, tinggal dimana?"
M : "Dekat situ pak, asrama"
P : "Kamu Mahasiswa?"
S & M : "Iya Pak, IZZ situ"
P : "Semester berapa?"
S : "Semester akhir"
P : "Menurut kamu ada gitu yang mengatakan kalo Mahasiswa boleh melanggar peraturan lalu-lintas?"
M : "Gak Pak, tapi katanya ....." belum sempat saya lanjutin, langsung dipotong ma Pak Polisi
P : "Katanya katanya!!! Jangan katanya katanya"
S : "Tapi ini kan jalanan pribadi IZZ"
P : "Trus yang lewat semua orang IZZ??"
S : "Ya nggak Pak, ini jalan pribadi IZZ tapi dibuka untuk umum"

P : "Kamu tinggal dimana?"
M : "Deket situ Pak, asrama"
P : "Enggak, maksud saya kamu tinggal di Indonesia kan?"
S : "Iya Pak"
P : "Hukum diterapkan untuk siapa?"
S : "Untuk orang Indonesia Pak"
P : "Siapa yang bertugas menegakkan hukum?"
S : "Ya penegak hukum Pak"
P : "Ya penegak hukum itu siapa?"
S : "Polisi Pak"
P : "Saya ini apa?"
S : "Polisi Pak"
P : "Jadi saya yang bertugas menegakkan hukum"
S : "Iya Pak"
P : "Ya sudah sana! Kamu itu ngomongnya udah kayak bukan Mahasiswa"
S : "Makasih Pak"
P : "Nah... gitu bagus"
S : "Monggo Pak"
P : "Ya"

Capcusssss, kasian mbah udah kangen ma Imron. Cepet2 sy larikan Mbah dan diri saya ke giras untuk pertolongan pertama pada kelaparan dan kehausan.

Geli, bercampur emosi, campur cape, menyatu padu. Sejenak saya sadar. Itu tadi cuman sosialisasi Pak Polisi, buktinya saya ga ditilang.

Mentang2 saya Mahasiswa dan mentang2 saya lewat jalanan pribadi kampus, lantas saya ga pake helm. Trus emang kalo saya jatuh di kawasan kampus beda sama kalo saya jatuh di tempat lain? Aspalnya sama, kendaraan yang lewat sama. Kalo ketabrak mobil, remuknya juga sama orang bemper yang nyosor juga sama.

Kesadaran sy untuk mentaati peraturan masih kurang. Keselamatan saya anggap tidak lebih berharga dari ketakutan saya pada polisi. Kepala saya anggap tidak lebih berat dan berharga dari helm saya. Helm juga ga berat. Wah wah wah harus belajar lagi Matematika dan Dasar Pemrograman nih (lhah.... tidur...)

Mendapatkan dan Kehilangan

Dulu saya pernah kehilangan sebuah semangat dan kepercayaan diri hingga saya telat (sangat telat malah) menyelesaikan Tugas Akhir saya. Sekitar 2 minggu yang lalu saya kehilangan partner kerja sehingga pekerjaan ini mungkin akan selesai dalam waktu yang lebih lama. Kemarin saya kehilangan sebuah field dari sebuah tabel sekaligus semua data di dalamnya... heh hoh heh kehilangan yang satu ini benar2 aneh. Salah satu teman saya juga baru saja kehilangan permata paling berharga dalam hidupnya. Teman sekamar juga kehilangan sebuah ketenangan hidupnya karena suatu-hal-yang-saya-tidak-bisa-ceritakan.

Sepertinya kita gak akan lepas dari kehilangan. Kehilangan harta, kehilangan kekasih hati, kehilangan orang tua, kehilangan harga diri mungkin, kehilangan kesempatan dan lain sebagainya.

Tapi kita juga gak akan selamanya kehilangan, kadang kita juga "mendapatkan". Mendapatkan kebahagiaan, mendapat rezeki, mendapat tautan hati, mendapat peluang, mendapat solusi dan sebagainya.

Berarti mendapatkan dan kehilangan adalah sesuatu yang pasti terjadi, sebagaimana kebaikan dan keburukan, sebagaimana tangis dan tawa, sama halnya menghirup dan menghembuskan napas. Lantas apa yang perlu dirisaukan dari sesuatu yang pasti terjadi??

Mungkin kita kehilangan karena sesuatu itu bukan hak kita, atau mungkin kita dituntut untuk mendapatkannya kembali agar kita lebih menghargai apa yang kita punya, atau barangkali kita berhak untuk sesuatu yang lebih baik dari itu. Yang jelas saat kehilangan, kita mengambil sebanyak mungkin apa yang bisa kita peroleh dari kehilangan itu. Orang biasa menyebutnya Hikmah.

Saat saya telat lulus, saya jadi sadar dan tau rasanya berada dibawah (atau bahkan di paling bawah) ketika sebelumnya saya selalu merasakan posisi atas. Saya jadi tau rasanya kegagalan yang sangat, sehingga saya tau cara menghadapi orang yang mengalami kegagalan. Bahkan sempat terlintas dalam pikiran saya, "Kadang sesekali kegagalan itu perlu agar kamu tau nikmatnya keberhasilan". Sekali lagi, intinya adalah mendapatkan manfaat sebanyak-banyaknya dari keburukan yang sedang menimpa kita sebagai sebuah pelajaran yang sangat berharga yang tidak akan kita dapatkan di bangku sekolah, bahkan di Universitas Terbaik sekalipun.

Note :
Buat my friend yang sedang kehilangan. Sorry, saya tidak akan berpura-pura bersedih dan simpati atas kesedihan yang menimpamu. Karena saya yakin kamu tidak membutuhkan kesedihanku, dan kesedihanku pun tidak akan menyelesaikan masalahmu. Jadi jangan heran kalo saya tertawa saat kau ceritakan kesedihanmu. Itu juga respon yang saya berikan ke orang lain yang menceritakan kesedihannya padaku.

Mereka lebih membutuhkan senyuman dan canda tawa daripada ekspresi suram saya. Wong saya ekspresi normal aja sudah suram, gimana kalo dibuat suram lagi???

Wassalam :)

Menunggu itu membosankan! (ah.. masa?)

Banyak orang mengatakan kalau menunggu adalah hal yang sangat membosankan. Hmm... bisa ya... bisa tidak... Yang jelas ada yang sepakat dan ada yang tidak sepakat.

Eleh... wes tudepoin aja yah. Sekarang saya lagi ada di luar ruangan kerja saya. Kebetulah saya ga bawa kunci jadi jadi jadi sejak dari 33 menit yang lalu saya disini menunggu. 33 menit yang lalu hingga saya menulis post ini, menunggu saya artikan sebagai sesuatu yang membosankan. Tapi setelah saya bisa memanfaatkan waktu menunggu itu (ngeblog kek, menyapa temen di fesbuk kek, tidur2an kek) saya berubah pikiran, dan ternyata menunggu itu menyenangkan.

Sekarang kita alihkan cerita kepada orang lain... sebut saja dia Bunga (nama samaran: red) ... jangan.. dia cowok, so sebut saja di Fulan. Si Fulan adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan multinasional yang elit kecil yang baru berkembang. Suatu ketika si Fulan ini tiba2 resign dari pekerjaannya di perusahaan itu.

Ada apa gerangan si Fulan ini resign?? Gak ada hujan ga ada angin ga ada Agnes Monica... kok tiba2 keluar. Hati saya waktu itu hancur berkeping-keping luluh lantak berserakan (heh heh mas... jam segini kok ngigau...) Usut punya usut, cek n' ricek ternyata si do'i punya beberapa alasan. Begini ceritanya....
1. Dia ga suka sama bosnya (ya eyalah lha wong bosnya cowok hehe.... yang jelas bukan ini alasannya)
2. Dia melihat bahwa konsep yang disusun oleh Pimpro nya kurang matang. Jadi pas si do'i tanya ke pimpronya tentang salah satu hal, si pimpro bilang kalo dia belum bikin konsepnya.
3. Dan alasan2 lainnya yang mendukung dia untuk resign.
Dan resignlah dia dengan selamat tanpa halangan yang berarti. Selamat jalan kawan... semoga amalmu diterima di sisi-Nya... Amiiinnnn T_T

Siangnya saya ngomong2 sama si Pimpro.... tapi ga nyinggung soal alasan si Fulan resign BLASS!!! Eh tanpa disangka-sangka si Pimpro bilang gini, "Sayang banget si Fulan resign, padahal gw ga terlalu nge-push dia." Kemudian dilanjutkan dengan ini, "Ketika dia tanya soal ini itu, gw bilang ke dia BENTAR DULU GW BELUM BIKIN KONSEPNYA, biar dia fokus ke itu aja dulu, biar nyante kerjanya. Sebenernya gw udah siap semua konsepnya." Dang!

Besok paginya saya dateng trus ngobrol sama si Bos.... Kemudian si Bos cerita soal ini itu menanggapi keluhan si Fulan... Dan waw!!! ternyata yang menjadi alasan si Fulan resign ini mentah... (minimal menurut saya). But I appreciated your decision Brader!

~~~

Kalo saya boleh berpendapat, apa yang sebenarnya dibutuhkan si Fulan ini adalah kesabaran untuk MENUNGGU. Tanpa buru2 mmbuat keputusan, dia lebih baik menggali dan mencari cerita selengkapnya. Tidak seperti orang buta ketika memegang telinga gajah, dia lantas bilang "Gajah itu tipis".

~~

Dari sini saya mengambil pelajaran yang sungguh berharga. Jangan pernah mengambil keputusan ketika kondisi emosi sedang tinggi dan ketika berbagai pembenaran muncul.

~~

Nah sekarang yang bawa kunci udah dateng, kerja!!!! Wassalam :D

[Married] Fandy Muhammad Ayub

1 April tahun pertama saya kuliah ~tepatnya April 2006~ teman saya yang dengan 'ikhlas' nya mengorbankan pulsanya untuk sms ke temen angkatan kalo workshop yang kita cintai telah terbakar, mengenalkan saya apa itu April Mop. Heh geleng2 dah saya waktu itu. Gimana enggak... saya yang orang kampung yang cuman ngerti Hardiknas, Hari Ibu, HUT RI dan hari2 besar lainnya baru tau kalo ada yang namanya Hari April Mop. Whatever lah itu April Mop, saya ga begitu interested... intinya kejutan gitu aja.

9 April 2009 lagi2 ada yang ber-'ulah' haha. Fandy Muhammad Ayub dengan pernikahannya melawan dengan Mbak Novi YangEntahSayaGaKenal. Saya cuman bisa ngasih ucapan selamat, he is the first one of my classmates to get married (nik salah inggrisku dikoreksi yo... ngawur iki...).

Buat lo antum Ndi', ini :

Barokallohu laka wa baroka alaykuma wa jama’a bainakuma fi khoir


dan ini :

"Semoga Allah SWT menghimpun yang terserak dari keduanya memberkati mereka berdua,
meningkatkan kualitas keturunannya sebagai pembuka pintu rakhmat, sumber ilmu
dan hikmah serta pemberi rasa aman bagi umat."
(Doa Nabi Muhammad SAW, pada pernikahan putrinya Fatimah Az Zahra dengan Ali bin Abi Thalib)

Hadir juga my Friendsssss.... (jadi ini ceritanya kita reunian di resepsinya Fandy). They are all great!!! (aduh saya kecil... kecilll...).

Ada mas DS dengan mate-nya mbak DK (She got nice eyes Pal, ga salah milih koen...). haha... sory yo bos kecolongan haha :Peace:

Ada mas HA dengan calonnya mbak SayaJugaGaKenal yang periang dan supel... (Lagi2 dia dapat yang tepat)

Ada lagi mas CP dan mbak DM (ga berani komen kalo yang ini... soale dua2nya temen sekelas saya... cinlok happens saometimes haha...)

Dan selebihnya adalah kami kami jomblowan yang menanti dipinang tuan putri dari negeri antah barantah. Ane introspeksi dulu aja kali ya... apa yang kurang dan harus ditingkatkan, apa yang lemah dan harus dikuatkan, apa yang salah dan harus diluruskan, apa yang lalai dan harus ditekankan.

Tuan putri yang disana... yang saya ga tau kamu siapa, saya akan meminangmu suatu saat... yang saya ga tau kapan, saya akan mencintaimu sepenuh hati setelah Rabb-ku... yang cinta itu udah ready-stock di gudang hati saya dan siap dikirim dengan aman dan kondisi lengkap beserta kartu garansi dan dos book nya. Free Of Charge alias gratisss tisss tisss.

Ps : Wanita itu kini belum ditemukan, bagi yang menemukan tolong hubungi no IM* saya yang terbaru. Jazakalloh Khoiron Katsiron.

It's real life, not a movie

Sewaktu kecil saya seringkali berkhayal dan membayangkan bahwa hidup ini ibarat sebuah sinetron. Layaknya dalam sebuah cerita, di sinetron selalu ada pemeran utama, pemeran figuran, protagonis, antagonis dsb.

Lalu rohmat kecil bertanya, siapa sih pemeran utama dalam kehidupan nyata ini? Haha what a silly question... wajar lah kan masih kecil. Lalu saat itu saya pun menyimpulkan bahwa saya lah pemeran utama dari cerita kehidupan ini. Saya juga adalah tokoh protagonis. Sehingga saya beranggapan bahwa semua cerita harus berpusat ke saya dan saya lah yang benar.

Fikiran itu kini muncul lagi di usia saya yang sudah berkepala dua. Haha silly, isn't it? Kalo saya menganggap saya adalah pemeran utama, maka orang lain juga pasti menganggap dirinya adalah pemeran utama. Lah kalo semua orang jadi pemeran utama, repot dong!

Setiap orang ingin menjadi pemeran utama atas cerita kehidupannya. Ketika permasalahan muncul, setiap orang akan mencari pembenaran untuk dirinya sendiri. Saat seseorang mengalami konflik dengan seseorang yang lain, masing2 akan mencari pendukung yang mau mengatakan bahwa dirinya benar dalam kasus ini, kasus itu dst. Entah itu teman, keluarga, kerabat, tetangga dll.

Dengan begitu, pasti si Fulan yang punya masalah dengan kita adalah tokoh antagonis yang serba buruk. Si Fulan pun menganggap kita sama sebagaimana kita menganggap si Fulan. Jadi, yang bener siapa dong??

Akan sulit ditemukan penyelesaian permasalahan jika yang kita cari adalah siapa yang benar dan siapa yang salah. Gimana gak sulit, wong yang dicari bukan solusi tapi pembenaran. Toh setelah diketahui siapa yang benar dan siapa yang salah, masalah belum tentu selesai. Tambah lagi, pasti ada salah satu yang sakit hati.

NB : Benar salah di sini adalah benar salah dalam hal anggapan. Mengenai kebenaran dalam sisi agama atau keyakinan, saya lebih memilih bersikukuh dengan kebenaran itu tanpa dikompromikan.

Lubang hidungku ada dua, punyamu juga dua

Rapat kedua dengan user membahas requirement project dengan salah satu perusahaan di Surabaya. Ini adalah project kedua setelah project yang sedang kami kerjakan ~dan sudah memasuki tahap implementasi~ di softwarehouse yang sekarang. Rapat berjalan cukup lancar dari jam dua siang sampai sekitar jam setengah lima sorean. Dan pulanglah kita sambil mampir ke salah satu warung soto terkenal di Surabaya ~tapi saya ga ingat namanya hehe~. Si bos yang rumahnya berada antara perusahaan tempat meeting dengan lokasi kerja saya tiba2 nge-drop kita ~yang waktu itu ada saya dan pimpro~ di sekitar rumahnya karena beliau kena migrain. Walhasil kita dikasi duit buat naik taksi sampe tempat kerja... wowhowhwohwo girangnya hatiku karena sebagai orang kampung, ini pertama kalinya saya naik taksi. Katrok sih hehe, tapi kebahagiaan itu kan bukan dari wujudnya, tapi dari cara mensyukurinya ~cieeehh tumben saya ngomong bener~.

Kebetulan kita diturunin pas tempat mangkal taksi, naik lah kita dan capcay ~kayak nama makanan~. Kita ngobrol dengerin sopir taksi bercerita tentang macem2. Mulai dari beliau bilang kalo memiliki harta itu harus diinfakkan biar berkah dan enak dimakan, biar ga nimbulin penyakit. Habis itu beliau cerita kalo beliau pernah dicurhatin sama seorang pimpinan salah satu perguruan tinggi terkenal di Surabaya. Sambil menangis si pimpinan bercerita mengenai susahnya menjadi pemimpin yang mengajak staffnya tidak korup, tapi malah dianya dijauhi dan tidak dihormati ~hmm hmm angguk angguk geleng geleng~. Pikir gw saya saat itu, "Gila bijak banget ni sopir taksi, salut BOSS!!!", sampe sesaat kemudian di perempatan lampu merah Panjangjiwo, ada sebuah mobil pickup/box kecil membawa kardus2 bekas dan rongsokan2 laiinya ~agak overload sih~ mogok. Ada dua polisi dorong tu mobil sampe pinggir ~gg nih pak polisi, like this!~.

Sesaat setelah saya Like this momen itu, pak kusir sopir taksi mulai ngasi comment ~versi aslinya pake bahasa jawa~ yang intinya gini, "Nah lo mogok, emang dasar Madura ya kayak gitu. Liat aja, abis itu pasti rongsokannya ditumpuk-tumpuk sampe ngganggu tetangganya. Pernah tu mas, mobilnya nyantol kabel listrik trus dianya ga mau bertanggungjawab". Sontak dalam hati saya, "Oh Mai Jod Masya Alloh gile ni orang, gile segile-gilenye". Saya tiba2 tersadar dari anggapan naif saya bahwa didunia ini sudah tidak ada rasisme. Tulisan2 kisah mengenai rasisme di forum2 itu ternyata benar adanya, rasisme masih merajalela ~lebih dari sekedar ada~. Label "RASIS" makin melekat di sosok si supir taksi setelah beliau melanjutkan ceritanya mengenai orang batak, ambon, dll dll dll. For God Shake!!! Apa yang salah dengan mereka???

Jika kita menyalahkan orang karena dia melakukan pencurian, pembunuhan, perampokan, kenakalan, brutal dan berbagai tindakan buruk lainnya, itu sah2 saja. Artinya kita menyalahkan orang karena hasil perbuatannya. Lalu pantaskah kita menyalahkan orang mengenai sesuatu yang bukan menjadi pilihannya untuk melakukan atau tidak melakukannya???. Ya... mereka tidak pernah memilih dilahirkan di makasar ataupun medan yang menjadikan karakter meraka 'keras', mereka juga tidak pernah memilih dilahirkan di Surabaya yang menjadikan kata2 mereka kasar ~meski kata Si Ikin, hati mereka tetap lembut walau kata2nya kasar~. Mereka yang keturunan Cina juga tidak memilih, tidak request pada Alloh untuk diciptakan sebagai orang Cina yang mewarisi sifat ulet dan pelit cermat dalam mengatur pengeluaran.

Kalo saya disuruh memilih, maka saya ~sebagai orang jawa~ lebih memilih mengagumi orang Madura dengan kegigihannya dan orang China dengan ketelitiannya. Tapi dengan demikian, saya juga akan menjadi orang yang rasis, tidak jauh beda dengan 'mereka' yang rasis. Cuman bedanya mereka rasis dengan merendahkan, saya rasis dengan meninggikan dan mengagungkan.

Jadi saya lebih memilih untuk menilai orang sebagai "manusia" yang setiap orang di dunia ini memiliki bentuk yang sama. Sama2 memiliki dua tangan, dua kaki, dua mata, dua sisi ~baik dan buruk~, dua telingan bersama dua lubangnya, dua lubang hidung, dua sisi otak, dan kesamaan2 lainnya. Semua memiliki potensi untuk menjadi baik ataupun buruk. Mungkin rasisme hanyalah sebuah kecemburuan sosial karena pihak pendatang lebih sukses dibanding pihak lokal. Padahal pihak pendatang juga tidak merasa dirinya sebagai pendatang, mereka juga sudah menyatu padu dengan tempat mereka hidup. So.. masihkan ada bedanya soal asal muasal???

Seperti dalam film My Name Is Khan, "Di dunia ini tidak ada Hindu dan Muslim, yang ada adalah orang baik dan orang jahat". Kecuali soal akhirat, biar Alloh yang menilai :D

NB : Kalo ga ada mereka para pengumpul rongsokan dan kardus bekas, mungkin LPA Dinoyo sudah tidak mampu menampung sampah dari kita saya yang menhasilkan sampah tanpa kontrol.

Entah ini apa

Kemarin hatiku senang
Sekarang hampa
Kemarin ada banyak orang
Sekarang sepi
Begitu dan selalu

Seandainya hatiku ini sebuah kereta
Maka kereta itu tidak beranjak kemanapun
Kereta itu sedang kebingungan
Maju atau mundur
Ke kiri atau ke kanan

Seandaninya hatiku ini adalah bejana
Maka bejana itu tidak akan pernah penuh
Terlalu banyak ketidakjelasan
Selalu merasa kurang
Tak mengerti apa yang dibutuhkan
Apa yang tidak diinginkan

Ada yang menyebutnya kegundahan
Ada yang mengatakan kebimbangan
Tapi bukan itu
Aku hanya tak tahu harus menamainya apa

Tapi perasaan itu ada
Samar.... sangat samar....
Aku hanya tak tahu harus menamainya apa

Mom, I LOVE U really really deep inside my heart

Alkisah ada seorang anak laki-laki yang hidup di sebuah kota yang tidak begitu maju. Dikatakan gak maju karena ga ada pabrik disitu, kecuali pabrik gula dan pabrik rokok. Si anak memiliki orang tua yang hidup sangat akrab dengan kerasnya dunia, sehingga dia pun ikut merasakan apa yang dirasakan orang tuanya.

Sang ayah adalah keturunan ke delapan dari keluarga kaya 7 turunan. Jadi bapak si ayah ini memiliki 5 orang istri (1 nya cerai), sehingga hartanya --sudah pasti-- habis dibagikan kepada sekian banyak anak2 dari sekian istri2nya. But, thanks God, para istri ini hidup berdampingan dengan tidak saling bermusuhan SEDIKITPUN. Dan anak2 dari istri2 tersebut juga hidup dengan sangat rukunnya. Believe me, ini bukan dongeng, tapi sebuah kenyataan, NYATA!!! Bahkan setelah salah satu dari istri2 tersebut meninggal (yang notabene adalah nenek sang anak), sang anak masi memiliki nenek2 yang mencintainya dan ia cintai.

Sang ibu adalah putri dari seorang laki2 yang pernah menjadi salah satu dari deretan laki2 kaya di desanya. Ya karena si laki2 ini pernah hidup sebagai orang 'jantan' menurut kebanyakan orang, habislah hartanya dan tidak ada yang terwariskan kepada putrinya maupun putranya.

Suami-istri ini harus hidup bersusah-susah, bekerja keras dalam mengarungi kehidupan berumahtangga, membangun citra keluarga, mendidik anak. Intinya adalah mereka hidup susah, dan semuanya mereka dapatkan dengan bekerja keras, bukan dari warisan ataupun pemberian orangtuanya.

Inilah yang menjadikan si anak mendapatkan pendidikan yang SANGAT keras dari orang tuanya, terutama ibunya. Yang membuatnya lebih dekat dengan sang ayah. Karena menurutnya hanya ayahnya lah yang menyayanginya, menggendongnya, memanjakannya, mendengarkan keluh kesahnya, memberinya uang jajan, mengajarinya arti2 kehidupan. Sementara ibunya tak yang jahat tak segan2 memukulnya, ya MEMUKULNYA dengan pukulan yang benar2 sakit. Dalam hati ia katakan bahwa ibunya memang orang yang jahat, orang yang belum siap menjadi seorang ibu, ibu yang egois, ibu yang mungkin bukan ibu kandungnya. Selama masa kecilnya, fikiran2 itu selalu ia ulang2 layaknya stereotape dalam otaknya.

Kemudian, ketika si anak menginjak usia SMA, ada sebuah perubahan sikap yang drastis dari ibunya kepadanya, ya DRASTIS !!! (dan anda tidak salah mengartikan kata drastis). Ibunya tiba2 sangat sayang padanya, semua keperluannya dipenuhi ~tanpa diminta sekalipun~, dia tidak dilarang-larang lagi main atau keluar rumah lama2, tidak lagi disuruh ini itu. Saat itu si anak berfikir, "Ibuku telah sadar", menurutnya si ibu telah merenung dan menyadari bahwa sikapnya selama ini salah kepada anaknya dan ingin mulai memperbaiki hubungan dengan anaknya.

Si anak kemudian menikmati keadaan itu selama masa2 SMA nya. Begitu si anak beranjak ke usia kuliah, si anak baru menyadari bahwa anggapannya selama ini salah. Kini bukan ibunya yang sadar, tapi dirinya yang sadar bahwa si ibu tidak pernah merenung, si ibu tidak pernah berubah sikap karena menyesali apa yang telah ia lakukan, tapi dialah yang selama ini tidak menyadari bahwa itulah cara ibunya mencintainya.

Si ibu dan ayah telah menjadi aktor dan aktris yang ulung. Yang mampu memainkan peranannya dengan sangat sempurna. Sang ayah telah menjadi protagonis yang mengajarinya arti sebuah cinta, persahabatan, makna2 kehidupan, kehalusan. Sedang sang ibu ~mungkin dengan sangat berat hati~ menjadi antagonis yang mengajari sang anak makna kerasnya hidup, makna sulitnya mendapatkan sesuatu, bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan, karena belum tentu yang kita inginkan adalah yang kita butuhkan. Subhanalloh, saat itu sang anak ingin menangis setiap saat mengingat masa kecilnya dan bagaimana orang tuanya mendidiknya, bagaimana orang tuanya mencintainya dengan caranya.

Sungguh masa kecil yang indah, bukan karena permainan-permainan yang ia nikmati, bukan pula dengan teman2 masa kecil yang menyenangkan, tapi karena sebuah ingatan yang ingin selalu ia ingat sebagai pelajaran. Tiba2 dia sadar seperti sadarnya orang dari pingsan, yang tahu2 ada disebuah tempat yang aneh. Tempat dimana dia mendapatkan kedewasaan, pendidikan yang layak, tempat yang dia tuju dengan sangat mudah padahal teman2nya mendapatkannya dengan sangat susah. Ya... dia bisa mengecam pendidikan dari SD hingga kuliah dengan beasiswa. Tak hentinya dia berterimakasih pada ibunya karena apa yang telah dia ajarkan.

Mom, I LOVE U really really deep inside my heart. There is no word to describe how much I love U. Dad, I admire you deep inside my heart, anda telah menjadi teladan yang baik selama ini.

PS : Sang anak sekarang sedang sangat seringnya mendapat sms dari bapak dan ibunya ~horee ibunya bisa sms-an hehe~ mengenai banyak hal, bahkan yang 'tidak penting' sekalipun. Dan semuanya adalah sebuah sms yang sangat penting baginya, tanda bahwa ibunya ingin berbagi isi hati dengannya.

J · U · S · T · I · F · I · K · A · S · I

Setelah sekian lama bertapa di puncak gunung tertinggi dan menyelam di laut terdalam serta menyeberang laut terluas, ane jadi (sok) paham kalo ternyata manusia itu bertindak dikendalikan oleh persepsinya. Sebagaimana sebuah mesin ato hardware yang digerakkan oleh program atau softwarenya. Cabe itu kan pedas, dengan memahami kalo cabe itu pedas, orang gak akan serta merta makan cabe tanpa pengolahan khusus. Itulah contoh persepsi serta reaksinya terhadap persepsi tersebut.

Nah didunia ini ada sebuah fakta dan kebenaran yang nggak selalu sama dengan apa yang kita fikirkan. Sebuah fakta atau kebenaran ada begitu adanya, dan persepsi juga selalu ada tanpa diminta. Permasalahan muncul ketika persepsi dan fakta ini tidak bisa dipertemukan.

Beberapa orang mengubah persepsi terhadap informasi yang diperolehnya, menjadikannya asumsi dan meyakininya sebagai sebuah fakta/kebenaran Dari sini lahirlah sebuah justifikasi atau pembenaran terhadap informasi yang ia anggap sebagai sebuah kebenaran meski belum tentu informasi itu benar.

Dari sebuah justifikasi, tak jarang kita mendiskreditkan pihak lain. 911, bom kereta bawah tanah inggris, bom bali dsb adalah beberapa kejadian yang dengan gegabahnya disimpulkan sebagai sebuah terorisme oleh orang Islam. Ini contoh sebuah asumsi yang diyakini tanpa cek dan ricek, hanya karena sebelumnya santer berita mengenai terorisme di timur tengah. Dari situ, yang jadi jelek adalah orang Islam keseluruhan. Gileeeee, padahal ane kenal amrozi juga enggak, nek pesawat juga ga bisa, ngrakit bom apalagi, nyoder aja masi glagepan, kok dikait2in terorisme cmn karena saya muslim.

Orang cenderung enggan untuk mencari informasi dan memastikan informasi yang dia dengar adalah valid dan valid. So, ga heran orang lebih menikmati gosip daripada berita. Karena yang mereka butuhkan bukanlah kebenaran, tapi informasi yang bisa mereka telan mentah tanpa mau tau benar atau tidak.

Yasutralah, orang2 kolot juga nantinya mati2 sendiri. Mau kolot mau open-minded mati mati juga hehe. Dunia butuh orang2 yang smart yang mampu berfikir dan menelaah. Bukan orang yang membeo dan ngekor. Bukan pula orang yang seenaknya menjustifikasi orang lain padahal baru sekilas melihatnya.

[Pindahan] Quotes : Mark Twain — Life –

Don’t go around saying the world owes you a living. The world owes you nothing. It was here first.Mark Twain

Sadar atau tidak sadar, diakui atau tidak diakui, kita sering menyalahkan hidup. Kita seringkali menggerutu mengenai ini, mengenai itu karena apa yang kita dapatkan tidak pernah sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ungkapan Mark Twain diatas cukup menjelaskan bahwa dunia tidak berhutang apa-apa pada kita, sementara kita selalu menuntut kehidupan layak padanya.

Pada halaman pertama bab pertama Alex Pattakos dalam bukunya Lepas dari penjara pikiran mengutip,
“Pada akhirnya, manusia tidak seharusnya bertanya tentang arti hidupnya, sebaliknya ia harus lebih menyadari bahwa dirinyalah yang ditanya. Pendeknya, setiap manusia ditanyai oleh kehidupan; dan ia hanya bisa menjawab kehidupan dengan mempertanggungjawabkan hidupnya sendiri; kepada kehidupan ia hanya bisa merspons dengan bertanggung jawab”1

So, buat apa menyalahkan apa yang sudah lalu. Bukankah apa yang kita hadapi sekarang lebih nyata dari apa yang kita keluhkan. Toh, dengan mengeluh kita tidak mendapatkan apapun, justru energi negatif dan prasangka buruk lah yang selalu kita siramkan ke nadi-nadi dan saluran napas kita. Energi tersebut akan mengotori setiap aliran darah kita, membuat otak kita tidak mampu berfikir sempurna, membuat napas kita tersengal-sengal, membuat tatapan mata kita tidak lagi ramah, kata-kata kita kasar dan bengal. Apa yang kita masukkan ke dalam diri kita, itu pula yang akan dikeluarkan oleh diri kita ke lingkungan kita.

Let’s get better life by doing better, facing problem open-minded. Semoga kita menjadi orang yang lebih baik. Innalloha ma’ana. Amin.

Catatan Kaki :
1] Viktor E. Frankl, Man’s Search for Meaning: An Introduction to Logotheraphy (Boston: Beacon Press, Edisi 4, 1992), hlm. 113-114.

Sahabat, ada atau tidak?

Kemaren ane masuk room H2H di kaskus, ada pertanyaan seperti ini, "Agan2 percaya ga sama adanya sahabat?" Pertanyaan itu muncul gara2 doi merasa tidak jadi yang utama dalam kehidupan sahabatnya, sementara doi selalu mengutamakan kepentingan sahabatnya tersebut.

Dalam hati, ane jadi bertanya-tanya apa sih arti sahabat itu? Iseng ane buka en.wikipedia.org/wiki/friendship Disitu ada penjelasan arti persahabatan adalah
relationship which involves mutual knowledge, esteem, affection, and respect along with a degree of rendering service to friends in times of need or crisis wikipedia.org

Hmm... jadi sahabat itu harus saling memahami, menghargai, mencintai dan respect serta ada saat kita sedang dalam kesulitan.

Sebuah penjelasan yang sungguh2 klise menurut ane. Seperti halnya jawaban2 yang teoritis atas pertanyaan2 mengenai permasalahan2 faktual dalam dunia pemrograman, Not Applicable! Mungkin definisi yang seperti ini yang menjadikan si doi menuntut lebih dari sahabatnya, minta diprioritaskan, minta dicintai dsb.

Jangan dibilang ane tidak menghargai persahabatan, karena ane sangat meninggikan persahabtan, ane punya banyak sahabat dan mencintai mereka. Mereka yang suka mentertawakan ane kalo ane dalam masalah, mereka yang suka ngolok2 ane sampe muka ane memerah, mereka yang lupa bayar utang ke ane, mereka yang suka lupa kalo punya janji. Justru hal2 seperti itu yang menjadikan saya makin mencintai mereka sebagai sahabat apa adanya.

Coba kita lihat orang2 bijak mengartikan persahabatan itu :
A true friend never gets in your way unless you happen to be going down.
Arnold H. Glasow
Friendship is a single soul dwelling in two bodies.
Aristotle
Friendship is one mind in two bodies.
Mencius
Dan ini definisi favorit ane :
I don't need a friend who changes when I change and who nods when I nod; my shadow does that much better.
Plutarch
Friendship is unnecessary, like philosophy, like art... It has no survival value; rather it is one of those things that give value to survival.
C. S. Lewis
Ane sadar, bahwa sahabat juga memiliki kehidupan, memiliki dunia yang harus mereka jaga, memiliki keluarga yang harus mereka bina, memiliki kesulitan2 yang harus mereka selesaikan sendiri tanpa mereka menceritakannya pada kita. Sebagai sahabat justru kita harus banyak lebih tau tentang masalah2 sahabat kita, bukan sebaliknya mengharap sahabat kita selalu ada saat kita dalam kesulitan.

Sebagaimana orang2 sulit menjelaskan arti CINTA, maka arti PERSAHABATAN pun sebenarnya tak kalah rumitnya. Yang pasti menurut ane, adanya sahabat membuat kita merasa tidak sendiri di dunia ini. That's more than enough!!!

A single rose can be my garden... a single friend, my world.
Leo Buscaglia