Berbagai pilihan cara untuk bahagia

Hal yang paling ingin diperoleh oleh setiap manusia di dunia ini adalah kebahagiaan. Sebaliknya, yang paling tidak diinginkan setiap orang adalah ketidak-bahagiaan. Banyak yang mengatakan bahwa kebahagiaan itu bukanlah mengenai "apa", melainkan "bagaimana". Iya, memang betul, tapi "bagaimana" yang dimaksud itu yang bagaimana? (halah mbulet).

Berikut adalah berbagai penyebab seseorang bahagia :

1. Bahagia karena merasa bahagia
Apa yang kita miliki bisa jadi tak seberapa dibanding apa yang orang lain punya. Tapi bukan berarti kita tidak lebih bahagia dari mereka. Asal kita mensyukuri sedikit yang kita dapatkan, akan lebih besar nilainya daripada banyak tapi tidak disyukuri. Maka tidak jadi masalah bagaimanapun kondisi kita, asal kita selalu merasa puas, kita akan bahagia.

Bahagia model ini adalah bahagia yang gak butuh modal, tapi harus dibentuk dari latihan dan pembiasaan. Diawali dengan mensugesti diri kita bahwa kita merasa puas dengan sedikit yang kita miliki (tanpa mengurangi usaha of course). Lama kelamaan tanpa terasa kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur dengan apa yang kita punya, dan bersabar dengan apa yang menimpa kita.

2. Bahagia karena memiliki sesuatu
Orang kalau punya sesuatu pasti seneng alias bahagia. Punya rumah bahagia, punya istri cantik dan sholelah bahagia, punya anak lucu-lucu dan penurut juga sholeh-sholehah bahagia.

Bahagia jenis ini agak rentan terserang penyakit. Penyakit wahn namanya, yaitu cinta dunia dan takut mati, dikarenankan saking cintanya pada apa yang dimilikinya dan takut meninggalkannya. Maka jika kita merasa bahagia karena memiliki sesuatu, perlu kita sadari bahwa apa yang kita miliki ini titipan Yang Maha Kuasa sekaligus amanah untuk dijaga. Suatu saat akan diambil juga, dalam keadaan baik ataupun buruk, baik kita ridho ataupun enggak.

3. Bahagia karena memiliki harapan
Kebanyakan orang ketika memimpikan sesuatu, mereka merasa bahwa impian itu yang menjadikannya bahagia. Mereka tidak sadar, bahwa yang menjadikan mereka bahagia adalah impian itu sendiri. Coba anda ingat-ingat sekali lagi, pernahkah anda menginginkan sesuatu, tapi gak mampu membelinya. Sepeda motor misalnya, ketika kita gak mampu membeli sepeda motor, siang malam kita memikirkannya, ingin memilikinya. Maka kita pun bekerja keras mencari uang demi bisa membeli si belalang beroda dua ini. Tapi, ketika kita sudah berhasil membelinya, rasanya biasa saja, hambar. Paling kita merasa senang cuman sebentar, selebihnya biasa. Lalu setelah itu, kita akan mencari harapan baru, misalkan bermimpin memiliki mobil. Setelah mobil, kemudian rumah dan seterusnya dan seterusnya. Kita akan selalu berusaha menciptakan harapan-harapan baru, dengan begitu hidup kita jadi terasa benar-benar hidup dengan dorongan harapan-harapan tadi.

Pemilik kebahagiaan jenis ini harus menanamkan pada dirinya bahwa apa yang diperolehnya adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri dan dijaga. Karena setiap apa yang kita punya adalah amanah. Boleh berharap yang lebih baik lagi, tapi jangan lupa bahwa apa yang kita dapatkan saat ini, tidak semua orang mampu memperolehnya.

4. Bahagia karena memberi kebahagiaan
Naluri menyayangi yang ada pada diri manusia ini adalah salah satu bagian dari fitrah manusia. Naluri ini adalah yang membentuk cinta dan kasih sayang. Baik itu sayang kepada anak istri, orang tua, teman maupun sesama manusia. Ada sebagian orang yang tidak puas kalau belum bisa membahagiakan orang lain. Kelompok ini biasa disebut orang-orang mulia. Caranya beda-beda, ada yang jadi guru untuk memandaikan murid-muridnya, ada yang jadi ustadz untuk meluruskan masyarakat sekitarnya, ada yang mendirikan badan-badan amal untuk membantu saudara-saudaranya yang kekurangan dan masih banyak lagi.

Pemilik kebahagiaan jenis ini harus waspada pada penyakit ujub (merasa sebagai orang mulia), riya' (ingin dilihat kebaikannya) dan sum'ah (ingin didengar kebaikannya). Maka keikhlasan adalah tantangan terberat bagi orang-orang jenis ini.

5. Bahagia karena mencapai sesuatu
Achievement atau pencapaain adalah sesuatu yang selalu kita kejar. Bermacam-macam achievement yang bisa membuat kita bangga, orang tua bangga, teman-teman kita bangga. Misal lulus kuliah, apalagi tepat waktu, apalagi cum-laude. Menang lomba ini, diterima kerja di perusahaan besar dengan gaji besar dan jenjang karir yang cerah, bisa menghajikan orang tua dan lain sebagainya.

Pemilik jenis kebahagiaan ini harus memahami betul bahwa lawan dari berhasil adalah gagal. Maka jangan berlebihan dalam menanggapi kegagalan, sebagaimana jangan muncul kesombongan saat mendapatkan kesuksesan. Woles aja men.

6. Bahagia karena melihat orang lain bahagia
Kadang kita ikut senang saat saudara kita, teman kita, orang-orang dekat kita mendapatkan sesuatu. Saat mereka bahagia kita ikut bagaia. Atau saat mendengar orang lain yang tidak dikenal sekalipun mendapat kebahagiaan, kita ikut merasa haru mendengarnya. Orang-orang jenis ini cenderung berhati lembut dan tidak gampang iri apalagi dengki pada orang lain.

Pemilik jenis kebahagiaan ini harus paham bahwa jika dia bahagia melihat orang lain bahagia, dia juga harus mencapai sesuatu. Ya agar orang yang melihatnya ikut bahagia. Tidak cukup bertepuk tangan terhadap kesuksesan orang lain, dia juga harus menciptakan cerita kesuksesannya sendiri.

7. Bahagia karena terhindar dari musibah
Tidak jadi terkena musibah adalah sebuah berkah yang sangat besar. Bayangkan berapa kerugian yang harus kita derita, berapa waktu yang tersita, berapa banyak orang-orang yang akan ikut bersedih jika sebuah musibah menimpa kita.

Namun kita juga harus sadar, bahwa kadangkala bencana atau musibah itu tidak terhindarkan. Maka jangan terlalu bersedih, bersabar dan terus bersabar sambil terus mencari solusi. Allah tidak akan membebani manusia melebihi kemampuannya. Dan bersama kesulitan ada kemudahan.

Semoga bermanfaat. There is always a way to be happy. Just... BE HAPPY!

: romanto

Kamu cerminan idolamu

Kawan, ketika kamu menyukai seseorang, kamu akan cenderung meniru perilaku orang tersebut, dengan ataupun tanpa kamu sadari. Kamu akan tersenyum sebagaimana dia tersenyum, kamu akan belajar tertawa seperti tertawanya, kamu akan berfikir dengan caranya, kamu akan mencoba menyukai apa yang dia suka dan menjauhi apa yang dia benci. Kamu akan berubah karena dia, dan kamu suka dengan itu.

Kamu adalah cerminan orang yang kamu sukai

Berikutnya, ada yang lebih dari sekedar rasa suka, yaitu pengidolaan. Jika kamu sudah mengidolakan seseorang, maka bisa jadi gaya rambut kamu, baju yang kamu pakai, cara berjalan kamu, hingga parfum yang kamu pakai akan sama dengan yang kamu idolakan tadi, atau minimal mendekati sama.

Kamu adalah bayangan idolamu

Nah, jika kamu belum sampai melakukan hal-hal tersebut (meniru-niru sang idola), maka saya boleh katakan kalau kamu belum benar-benar mengidolakan dia. Mungkin hanya sebatas simpatik atau kekaguman semata, tidak lebih.

Mengagumi beda dengan mengidolakan

Kamu yang sedang membaca tulisan ini, tahukah kamu apa yang ada di benak saya ketika saya membuat tulisan ini? Sebuah nama, Muhammad. Dia Muhammad sang pembawa kabar gembira. Sosoknya begitu dikagumi banyak orang, baik oleh Muslim maupun Non-Muslim, oleh kawan maupun lawan, dari dulu hingga detik ini. Ya, dikagumi, beliau begitu dikagumi. Perangainya yang menakjubkan cerminan manusia paling mulia.

Namun mengagumi beliau saja tidaklah cukup jika tidak sampai mengidolakannya. Apalah arti mengagumi jika iya kita tidak sama dengan iya nya, dan tidak kita pun seringkali berbeda dengan tidak beliau. Kita masih belum memandang sebagaimana beliau memandang dan berfikir sebagaimana beliau berfikir. Apa yang terlarang menurut beliau masih banyak kita lakukan, dan yang wajib menurut beliau masih kita lalai terhadapnya.

Muhammad masih belum menjadi idola kita. Muhammad masih belum menjadi suri tauladan kita. Muhammad masih belum menjadi panutan kita.

Lalu kira-kira kita anggap siapa Muhammad itu?

Lalu kita anggap apa Rosul yang mulia itu? Pelengkap cerita-cerita kanak-kanak sebagaimana cerita-cerita dongeng? Tentang bagaimana mulianya yang kekasih Allah, tentang luhurnya budi pekerti sang Rosul, tentang mengagumkannya sifat dan perangainya, lalu sesudah itu sudah? Atau kita mulai berfikir untuk bersikap lain, lebih dari sekedar itu?

Sungguh adalah sebuah kebaikan jika apa yang beliau bawa (perintahkan) kita laksanakan dan yang dia larang kita pula tinggalkan. Cukuplah itu sebagai wujud kecintaan kita pada sang Rosul, serta pengidolaan kita terhadapnya. Bukankah saya dan kamu ingin bersama beliau di jannah nanti?

Kamu akan bersama yang kamu cintai

Kalau begitu, mari kita emban apa yang beliau emban, kita terapkan hukum-hukum yang beliau bawa, karena sungguh apa yang beliau bawa tak lain adalah wahyu dari Sang Khaliq. Dia Maha Mengetahui baik dan buruk, maka kesampingkan rasa sok tahu kita yang menjadikan kira merasa berhak mencipta hukum. Dia yang Maha Membolak-balikan hati, maka kesampingkan dulu perasaan yang tak jelas pegangannya, yang seringkali menipu kita, sehingga sulit kita membedakan antara kemauan kita dengan bujuk rayu setan.

"Apa yang Rosul datangkan padamu (berikan contohnya) maka ambilah, dan apa yang rosul cegah padamu darinya maka jauhilah, dan bertaqwalah kepada Alloh sesungguhnya Alloh Maha Berat /dahsyat siksaannya” (TQS. Al-Hasr (69) : 7)

Wallahu a'lam bishowab.