Kamu cerminan idolamu

Kawan, ketika kamu menyukai seseorang, kamu akan cenderung meniru perilaku orang tersebut, dengan ataupun tanpa kamu sadari. Kamu akan tersenyum sebagaimana dia tersenyum, kamu akan belajar tertawa seperti tertawanya, kamu akan berfikir dengan caranya, kamu akan mencoba menyukai apa yang dia suka dan menjauhi apa yang dia benci. Kamu akan berubah karena dia, dan kamu suka dengan itu.

Kamu adalah cerminan orang yang kamu sukai

Berikutnya, ada yang lebih dari sekedar rasa suka, yaitu pengidolaan. Jika kamu sudah mengidolakan seseorang, maka bisa jadi gaya rambut kamu, baju yang kamu pakai, cara berjalan kamu, hingga parfum yang kamu pakai akan sama dengan yang kamu idolakan tadi, atau minimal mendekati sama.

Kamu adalah bayangan idolamu

Nah, jika kamu belum sampai melakukan hal-hal tersebut (meniru-niru sang idola), maka saya boleh katakan kalau kamu belum benar-benar mengidolakan dia. Mungkin hanya sebatas simpatik atau kekaguman semata, tidak lebih.

Mengagumi beda dengan mengidolakan

Kamu yang sedang membaca tulisan ini, tahukah kamu apa yang ada di benak saya ketika saya membuat tulisan ini? Sebuah nama, Muhammad. Dia Muhammad sang pembawa kabar gembira. Sosoknya begitu dikagumi banyak orang, baik oleh Muslim maupun Non-Muslim, oleh kawan maupun lawan, dari dulu hingga detik ini. Ya, dikagumi, beliau begitu dikagumi. Perangainya yang menakjubkan cerminan manusia paling mulia.

Namun mengagumi beliau saja tidaklah cukup jika tidak sampai mengidolakannya. Apalah arti mengagumi jika iya kita tidak sama dengan iya nya, dan tidak kita pun seringkali berbeda dengan tidak beliau. Kita masih belum memandang sebagaimana beliau memandang dan berfikir sebagaimana beliau berfikir. Apa yang terlarang menurut beliau masih banyak kita lakukan, dan yang wajib menurut beliau masih kita lalai terhadapnya.

Muhammad masih belum menjadi idola kita. Muhammad masih belum menjadi suri tauladan kita. Muhammad masih belum menjadi panutan kita.

Lalu kira-kira kita anggap siapa Muhammad itu?

Lalu kita anggap apa Rosul yang mulia itu? Pelengkap cerita-cerita kanak-kanak sebagaimana cerita-cerita dongeng? Tentang bagaimana mulianya yang kekasih Allah, tentang luhurnya budi pekerti sang Rosul, tentang mengagumkannya sifat dan perangainya, lalu sesudah itu sudah? Atau kita mulai berfikir untuk bersikap lain, lebih dari sekedar itu?

Sungguh adalah sebuah kebaikan jika apa yang beliau bawa (perintahkan) kita laksanakan dan yang dia larang kita pula tinggalkan. Cukuplah itu sebagai wujud kecintaan kita pada sang Rosul, serta pengidolaan kita terhadapnya. Bukankah saya dan kamu ingin bersama beliau di jannah nanti?

Kamu akan bersama yang kamu cintai

Kalau begitu, mari kita emban apa yang beliau emban, kita terapkan hukum-hukum yang beliau bawa, karena sungguh apa yang beliau bawa tak lain adalah wahyu dari Sang Khaliq. Dia Maha Mengetahui baik dan buruk, maka kesampingkan rasa sok tahu kita yang menjadikan kira merasa berhak mencipta hukum. Dia yang Maha Membolak-balikan hati, maka kesampingkan dulu perasaan yang tak jelas pegangannya, yang seringkali menipu kita, sehingga sulit kita membedakan antara kemauan kita dengan bujuk rayu setan.

"Apa yang Rosul datangkan padamu (berikan contohnya) maka ambilah, dan apa yang rosul cegah padamu darinya maka jauhilah, dan bertaqwalah kepada Alloh sesungguhnya Alloh Maha Berat /dahsyat siksaannya” (TQS. Al-Hasr (69) : 7)

Wallahu a'lam bishowab.

0 comments:

Post a Comment