It's real life, not a movie

Sewaktu kecil saya seringkali berkhayal dan membayangkan bahwa hidup ini ibarat sebuah sinetron. Layaknya dalam sebuah cerita, di sinetron selalu ada pemeran utama, pemeran figuran, protagonis, antagonis dsb.

Lalu rohmat kecil bertanya, siapa sih pemeran utama dalam kehidupan nyata ini? Haha what a silly question... wajar lah kan masih kecil. Lalu saat itu saya pun menyimpulkan bahwa saya lah pemeran utama dari cerita kehidupan ini. Saya juga adalah tokoh protagonis. Sehingga saya beranggapan bahwa semua cerita harus berpusat ke saya dan saya lah yang benar.

Fikiran itu kini muncul lagi di usia saya yang sudah berkepala dua. Haha silly, isn't it? Kalo saya menganggap saya adalah pemeran utama, maka orang lain juga pasti menganggap dirinya adalah pemeran utama. Lah kalo semua orang jadi pemeran utama, repot dong!

Setiap orang ingin menjadi pemeran utama atas cerita kehidupannya. Ketika permasalahan muncul, setiap orang akan mencari pembenaran untuk dirinya sendiri. Saat seseorang mengalami konflik dengan seseorang yang lain, masing2 akan mencari pendukung yang mau mengatakan bahwa dirinya benar dalam kasus ini, kasus itu dst. Entah itu teman, keluarga, kerabat, tetangga dll.

Dengan begitu, pasti si Fulan yang punya masalah dengan kita adalah tokoh antagonis yang serba buruk. Si Fulan pun menganggap kita sama sebagaimana kita menganggap si Fulan. Jadi, yang bener siapa dong??

Akan sulit ditemukan penyelesaian permasalahan jika yang kita cari adalah siapa yang benar dan siapa yang salah. Gimana gak sulit, wong yang dicari bukan solusi tapi pembenaran. Toh setelah diketahui siapa yang benar dan siapa yang salah, masalah belum tentu selesai. Tambah lagi, pasti ada salah satu yang sakit hati.

NB : Benar salah di sini adalah benar salah dalam hal anggapan. Mengenai kebenaran dalam sisi agama atau keyakinan, saya lebih memilih bersikukuh dengan kebenaran itu tanpa dikompromikan.

7 comments:

Unknown said...

" Pada dasarnya setiap orang adalah makhluk yang egois. Saya bahkan percaya kita tidak pernah betul2 melakukan sesuatu untuk orang lain, sekalipun kita menyangka demikian. Segala hal yang kita lakukan sebenarnya kita perbuat untuk diri sendiri" :-) (Jenny Jusuf)

Unknown said...

Hmmm, sepakat. Setidaknya kita mendapatkan sebuah "kepuasan" dengan membantu orang lain. Dan kepuasan itu untuk diri kita sendiri.

Daniel said...

tingkat keegoisan manusia berbeda - berbeda dan unik tergantung pada sifat dasar seorang itu sendiri..
bagiku sendiri, kadang aku berperan sebagai sosok protagonis itu, namun disisi lain aku juga sadar bahwa aku adalah tokoh antagonis dalam suatu masalah.

eniway, ada ato tidak hubungan postingmu dengan masalahku. pokok'e Top dah posting e ;)

Unknown said...

Ada hubungannya bagi semua orang, bisa jadi dirimu, bisa jadi juga diriku sendiri. Kita hanya butuh memahami dengan siapa kita berhadapan, dan masalah yang dihadapinya. At least, kita tidak membenci siapapun.

Icank said...

mau protagonis..mau antagonis,,,mau poligamis...pokoknya sopir taksi itu harus ku bacok mad...ayo siapa dia ????hihihiih

Unknown said...

Dah mati Jal, walah bahas sopir lagi sopir lagi.

Icank said...

oooo...wes mati tah...sayang....ya udah kalo gitu bro..dadadada....

Post a Comment